Bagaimana harimu? Share
with me!
Dulu menulis adalah bagian dari hidupku. Tidak ada waktu
luang. Tak ada waktu terbuang sia-sia. Read and write! Membaca apa yang
kulihat. Menulis apa yang kurasa. Haha itu dulu :D
Sebelum waktuku habis dilahap PR. Musnah digulung tugas. Dan
lenyap ditelan waktu.
Sebelum kegiatan demi kegiatan berhamburan memenuhi
sela-sela hariku.
Sebelum tanggung jawab semakin besar.
Yyayaya sebelum sebelum dan sebelum :p
Ketika semua waktu, tepatnya hampir semua :D dihabiskan
diluar rumah. Dan sekolah menjadi rumah kedua bagiku. Pergi pagi pulang pagi
#et dahh :D Tak ada waktu untuk menorehkan gerutuan
dan unek_unek yang kian lama kian menggebu-gebu :P
Gak ada waktu!
Buat apa juga
nantinya!
Gak ada
gunanya!
Eitss celotehan konyol :P
But! Belum lama ada buku yang berhasil menginspirasi.
Menyadarkan betapa pentingnya
sebuah tulisan.
Betapa hebatnya tulisan itu di masa mendatang.
Apa pun itu. Yang jelas akan membuat masa lalu seakan
terulang kembali.
Novel ‘ibuk,’
karya Iwan Setyawan yang selain memberikan gambaran akan perjuangan seorang ibu
tapi juga memberikan gambaran betapa pentingnya sebuah tulisan. Membuat kita
tak akan hilang begitu saja dari sejarah. Meski nama kita tak pernah terpampang
di sambul buku, setidaknya turunan kita akan melihatnya kelak lewat tulisan
tangan yang kian usang dimakan rayap :p #usia yye
Ini aku share kalimat yang berhasil menggugah hati :D
Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku.
Aku menulis untuk membaca kehidupan.
Aku menulis untuk berkaca.
Aku menulis untuk melepaskan air mata.
Aku menulis untuk menjadikanku manusia.
Aku menulis untuk membunuh malam.
Aku menulis untuk memaknai hidup.
Aku menulis untuk bersyukur.
Aku menulis karena menulis menyembuhkan.
Aku menulis untuk merapikan masa lalu.
Aku menulis karna kata kata bisa menguatkan.
Aku menulis untuk menggali hati nurani.