Hari
Minggu waktu yang tepat untuk melemaskan otot-otot yang selama 2 bulan terakhir
ini terkurung. Begitu kaku. Alun-alun kota yang semula sepi kian dipadati
pengunjung. Car Free Day. Momen yang
tepat pula untuk bertemu kawan lama. Berbagi kisah yang sempat terpendam
lama.
Bicara
soal restu. Yang terlintas biasanya soal cinta. Cinta tak direstui, begitu kata D’Paspor. Tapi bukan itu yang aku
maksud.
Ketika
keinginan tidak sesuai harapan. Ketika semua harapan harus terkubur
sia-sia. Ketika semua yang telah diimpikan dan dirancang sedemikian
cantik harus berakhir tanpa hasil.
Ketika apa yang tengah diinginkan harus bertentangan dengan keinginan mereka.
Orang yang telah memberikan nafasnya. Orang yang telah memberikan seluruh
hidupnya. Tidak ada yang bisa dilakukan. Mau menentang? Jelas anak durhaka akan mengecap pada diri. Mencoba meyakinkan? Percuma saja. Pandangan mereka
berbeda.
Bicara
soal PENDIDIKAN.
Pandangan manusia setiap zaman tentu berbeda. Bagi mereka yang telah dulu hadir
dan menjadi khalifah di bumi, lebih memikirkan soal pekerjaan dibanding pendidikan. Setidaknya sebagian besar begitu. Meski
tidak semua. Apalagi bagi mereka yang memiliki kondisi keuangan ‘kurang’
biasanya menginginkan anak mereka untuk membantu keuangan keluarga.
Jika
sudah seperti itu. Apa masih mungkin keinginan meneruskan pendidikan akan terus
berlanjut? Ketika orang tua tidak
lagi memberikan restunya. Tidak lagi mengizinkan untuk menempuh pendidikan
lebih lanjut. Akankah pintu itu terbuka?
Meski berbagai upaya telah dilakukan. Berlatih dan senantiasa berdoa. Tapi jika
tak dapat restu dari orang tua. Tentu saja pintu itu akan sulit terbuka.
Apapun
itu. Bagaimananpun itu. Teruslah berpikiran postif. Yakinkan mereka. Bahagiaan
mereka. Suatu saat pasti pintu itu akan terbuka.
Tak banyak yang bisa aku lakukan selain memberikan dorongan semampu aku. Tetep semangan
sobat :D
I’ll be there for you J
By : bye fever :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar