Tulisan ini sebagai bentuk kekecewaan dan
kekesalan terhadap industri film indonesia!
Haruskah bertumpu pada rating?
AKU
ANAK INDONESIA atau AAI merupakan sinetron atau
bisa dibilang satu-satunya sinetron
mendidik yang pernah ditayangkan. Setiap episode yang dihadirkan meninggalkan pesan moral yang begitu bermanfaat.
Berisikan realita hidup yang terjadi
di
Indonesia.
Lemahnya hukum Indonesia, maraknya kasus kekerasan
dan penculikan anak, kriminalitas yang semakin meningkat
hingga kemiskinan yang tak pernah usai pernah diangkat menjadi topik
dalam sinet AAI ini.
Diwakili oleh 3 siswa berseragam SMA, Ani Arif Ito, Aku Anak Indonesia berhasil
menyuguhkan tayangan yang dinanti nanti sebagian pemirsa televisi.
Meskipun begitu, sinetron yang sekiranya baru
tayang beberapa bulan ini, sempat menuai banyak kritik. Teguran dari KPI pun
sempat menghampiri AAI, hanya karna menayangkan gambaran siswa SMA yang
membayangkan bermain judi. Tapi saya yakin itu bukan satu-satunya alasan. KPI
beranggapan hal itu akan memicu masyarakat untuk melakukan judi. Padahal????
Diakhir cerita ditayangkan pesan moral bagaimana akibat buruk dari perjudian
itu sendiri. Yahh.. mungkin pihak KPI tak melihat hingga akhir cerita sehingga
tak mengerti sepenuhnya bagaimana sinetron ini menginspirasi masyarakat.
Aku Anak Indonesia yang sempat tayang kembali
pada 27
Juli 2015 setelah di break bulan Ramadhan lalu, lagi lagi harus di break pada 19 agustus 2015. Dan berita
mengecewakan muncul setelah pemain AAI mengupload foto di Instagrammnya.
Rumor-rumor akan berakhirnya
sinetron ini pun bermunculan. Entah benar atau tidak, yang jelas Aku Anak
Indonesia saat ini tengah berada di ujung tanduk.
Komentar berisikan kekecewaan
terus bermunculan baik di instagram maupun twitter. Penggemar setia AAI
tentunya tak ingin sinetron yang sangat mendidik dan menginspirasi akan kemajuan remaja
Indonesia ini harus berakhir.
Beberapa penyebab berakhirnya AAI
ini diduga karena RATING!!! Rating TV yang anjlog
menjadi penyebab utamanya. Kalah saing dengan stasiun televisi lain.
Memang kita tak bisa menyalahkan sepenuhnya
pihak stasiun televisi. Karna bagaimanapun juga mereka sedang bekerja. Mencari nafkah demi kelangsungan hidupnya. Dan satu-satunya
jalan untuk tetap mendapatkan uang adalah dengan mempertahankan tayangan rating tinggi. Sukur sukur bisa mengalahkan
TV lain dan tembus TTI TTW :D
Memang tak bisa dihindari. Saat
ini masyarakat Indonesia lebih menggemari tayangan dengan penuh khayalan,
kekerasan, aksi aksi yang mustahil dan hanya ada di negeri dongeng,
serta manusia manusia siluman yang entah benar-benar ada atau tidak hingga drama
percintaan yang semakin digandrungi para remaja. Kita, masyarakat
Indonesia telah mengesampingkan
tayangan berbobot, mendidik, dan menginspirasi
yang dapat memajukan bangsa ini. Tayangan yang bersifat realistis
dan membuka mata akan segala fenomena yang tengah terjadi di negaranya justru
dihindari. Alasannya??? Gak menarik!!!
Jadi gak salah kalau beberapa
stasiun televisi lebih suka menayangkan apa yang memang diminati para pemirsa dibandingkan tayangan yang tidak menghasilkan
uang!
Heemmmm!!!!!
Jadi jangan salahkan juga kalau perilaku kita kedepan
semakin ancur!
Prinsip
moral semakin jarang ditemui. Tawuran antar pelajar, kriminalitas masyarakat
serta aksi bocah yang makin gila menirukan tokoh favoritnya. Melompat
gedung layaknya spiderman. Saling beradu kekuatan antar teman sebaya. Dan juga pergaulan
bebas dibawah umur. Karna kita hanyalah meniru apa yang kita tonton selama
ini.
Coba saja kalau sejak dini kita telah
disuguhkan tayangan seperti Aku Anak Indonesia. Pastilah generasi kedepan akan
lebih berani. Berani dalam menentang
ketidakadilan di negeri ini. dan menyelamatkan
negeri ini dari hal hal yang merugikan bangsa sendiri!
Atau justru hal itu yang
dikhawatirkan???????????????????????????????????????????????
#AkuAnakIndonesia
#SaveAkuAnakIndonesia
#SaveAAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar