Rabu, 26 Agustus 2015

Kecewa dengan Industri Film Indonesia

Tulisan ini sebagai bentuk kekecewaan dan kekesalan terhadap industri film indonesia!



Haruskah bertumpu pada rating?

AKU ANAK INDONESIA atau AAI merupakan sinetron atau bisa dibilang satu-satunya sinetron mendidik yang pernah ditayangkan. Setiap episode yang dihadirkan meninggalkan pesan moral yang begitu bermanfaat. Berisikan realita hidup yang terjadi di
Indonesia.

Lemahnya hukum Indonesia, maraknya kasus kekerasan dan penculikan anak, kriminalitas yang semakin meningkat hingga kemiskinan yang tak pernah usai pernah diangkat menjadi topik dalam sinet AAI ini.

Diwakili oleh 3 siswa berseragam SMA, Ani Arif Ito, Aku Anak Indonesia berhasil menyuguhkan tayangan yang dinanti nanti sebagian pemirsa televisi.

Meskipun begitu, sinetron yang sekiranya baru tayang beberapa bulan ini, sempat menuai banyak kritik. Teguran dari KPI pun sempat menghampiri AAI, hanya karna menayangkan gambaran siswa SMA yang membayangkan bermain judi. Tapi saya yakin itu bukan satu-satunya alasan. KPI beranggapan hal itu akan memicu masyarakat untuk melakukan judi. Padahal???? Diakhir cerita ditayangkan pesan moral bagaimana akibat buruk dari perjudian itu sendiri. Yahh.. mungkin pihak KPI tak melihat hingga akhir cerita sehingga tak mengerti sepenuhnya bagaimana sinetron ini menginspirasi masyarakat.

Aku Anak Indonesia yang sempat tayang kembali pada 27 Juli 2015 setelah di break bulan Ramadhan lalu, lagi lagi harus di break pada 19 agustus 2015. Dan berita mengecewakan muncul setelah pemain AAI mengupload foto di Instagrammnya.



Rumor-rumor akan berakhirnya sinetron ini pun bermunculan. Entah benar atau tidak, yang jelas Aku Anak Indonesia saat ini tengah berada di ujung tanduk.
Komentar berisikan kekecewaan terus bermunculan baik di instagram maupun twitter. Penggemar setia AAI tentunya tak ingin sinetron yang sangat mendidik dan menginspirasi akan kemajuan remaja Indonesia ini harus berakhir.


Beberapa penyebab berakhirnya AAI ini diduga karena RATING!!! Rating TV yang anjlog menjadi penyebab utamanya. Kalah saing dengan stasiun televisi lain.

Memang kita tak bisa menyalahkan sepenuhnya pihak stasiun televisi. Karna bagaimanapun juga mereka sedang bekerja. Mencari nafkah demi kelangsungan hidupnya. Dan satu-satunya jalan untuk tetap mendapatkan uang adalah dengan mempertahankan tayangan rating tinggi. Sukur sukur bisa mengalahkan TV lain dan tembus TTI TTW :D

Memang tak bisa dihindari. Saat ini masyarakat Indonesia lebih menggemari tayangan dengan penuh khayalan, kekerasan, aksi aksi yang mustahil dan hanya ada di negeri dongeng, serta manusia manusia siluman yang entah benar-benar ada atau tidak hingga drama percintaan yang semakin digandrungi para remaja. Kita, masyarakat Indonesia telah mengesampingkan tayangan berbobot, mendidik, dan menginspirasi yang dapat memajukan bangsa ini. Tayangan yang bersifat realistis dan membuka mata akan segala fenomena yang tengah terjadi di negaranya justru dihindari. Alasannya??? Gak menarik!!!

Jadi gak salah kalau beberapa stasiun televisi lebih suka menayangkan apa yang memang diminati para pemirsa dibandingkan tayangan yang tidak menghasilkan uang!

Heemmmm!!!!!

Jadi jangan salahkan juga kalau perilaku kita kedepan semakin ancur! Prinsip moral semakin jarang ditemui. Tawuran antar pelajar, kriminalitas masyarakat serta aksi bocah yang makin gila menirukan tokoh favoritnya. Melompat gedung layaknya spiderman. Saling beradu kekuatan antar teman sebaya. Dan juga pergaulan bebas dibawah umur. Karna kita hanyalah meniru apa yang kita tonton selama ini.

Coba saja kalau sejak dini kita telah disuguhkan tayangan seperti Aku Anak Indonesia. Pastilah generasi kedepan akan lebih berani. Berani dalam menentang ketidakadilan di negeri ini. dan menyelamatkan negeri ini dari hal hal yang merugikan bangsa sendiri!
Atau justru hal itu yang dikhawatirkan???????????????????????????????????????????????

#AkuAnakIndonesia
#SaveAkuAnakIndonesia

#SaveAAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar