Panas masih menyerang bumi ketika aku memutuskan untuk mengayuh
sepedaku menuju kampus. Meskipun ini masih hari libur, namun ada beberapa
alasan aku mengunjungi tempat itu. Rumah yang tak dihuni beberapa lama akan
menjadi asing nantinya jika tidak segera dibiasakan.
Jalan yang kulalui masih sama. Toko-toko kecil masih
berjejer rapi di tempatnya. Yah! Mereka
mengingatkanku akan suatu masa disaat hari libur begini.
Salah satu toko itu pernah membuka lebar pintunya untukku.
Bukan menyambutku. Lebih kepada menyuruhku untuk membersihkan seluruh ruangan
disana. Menyapa pelanggan dan
merapikannya kembali. Sungguh manis jika menengoknya kembali. Menunggu
pelanggan yang tak kunjung datang hingga rasa kantuk menyerang. Berbagi kisah
dengan mereka yang senasib denganku sembari menunggu jam kerjaku usai dan
kembali ke rumah.
Namun kenangan manis itu sedikit terasa pahit ketika
perempuan paruh baya mencoba mengusik ketenanganku. Gaya bicaranya yang memang
‘keras’ sedikit membebani. Sebelum
akhirnya aku sadar perempuan itu memang pantas melakukannya. Seorang bos.
Roda sepedaku memaksa berhenti di sebuah toko pakaian
bertuliskan ‘boutique’. Tak ada alasan lain selain mencarikan kado
untuk sahabatku. Sama sekali tak ada feeling apapun ketika memasukinya. Tapi
suara itu seolah membangunkan semua feeling itu. Perempuan itu yang pernah
mengajariku banyak hal ternyata pemilik dari toko ini. Wah hebat!
Dia merintis usahanya sejak masih belia. Menitipkan kue kue
buatannya di sebuah toko hingga mampu mendirikannya sendiri. Awalnya memang
hanya satu. Sebuah toko buah kecil. Hingga akhirnya 2 buah toko pakaian beserta
1 restoran berhasil ia dirikan. Aku masih ikut menjadi bagian ketika restoran
itu berdiri. Menyambut beberapa tamu kehormatan dan menyajikan sajian untuk
mereka. Bahkan membagikan semua brosur ke pengguna jalan.
Satu hal yang membuatku kagum padanya. Meski beberapa
pekerjanya memilih untuk mencari jalan mereka yang lebih terang, ia tetap
membakar semangatnya untuk tetap melanjutkan bisnis ini. Tak peduli kedua kaki
dan tangannya harus kesana kemari, dari satu tempat ke tempat lain. Seorang
diri. Ia tetap kekeuh untuk merambah usahanya. Ah semangatnya sungguh luar biasa J
Kini perempuan berkulit putih itu telah menunjukkan hasil
dari kegigihannya itu. Meski hanya ditemani satu pekerja di setiap tempat
bisnisnya tak menghentikan langkahnya untuk terus mengepakkan sayap. Namun,
jika aku diberi kesempatan untuk menyampaikan saranku, aku ingin perempuan itu menambah senyum
tulusnya. Tak ada yang lebih menyenangkan ketika kerja keras semua
pekerjanya diakui. Bukan hanya mengakui kekurangannya ^^
Akhirnya sampai juga di kampus. Terimakasih atas perjalanan
ini perempuan paruh baya :D
By : bye fever :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar