Sabtu, 19 September 2015

Menulis Untuk Keabadian


Bagaimana harimu? Share with me! 



Dulu menulis adalah bagian dari hidupku. Tidak ada waktu luang. Tak ada waktu terbuang sia-sia. Read and write! Membaca apa yang kulihat. Menulis apa yang kurasa. Haha itu dulu :D
Sebelum waktuku habis dilahap PR. Musnah digulung tugas. Dan lenyap ditelan waktu.
Sebelum kegiatan demi kegiatan berhamburan memenuhi sela-sela hariku.
Sebelum tanggung jawab semakin besar.
Yyayaya sebelum sebelum dan sebelum :p

Ketika semua waktu, tepatnya hampir semua :D dihabiskan diluar rumah. Dan sekolah menjadi rumah kedua bagiku. Pergi pagi pulang pagi #et dahh :D Tak ada waktu untuk menorehkan gerutuan dan unek_unek yang kian lama kian menggebu-gebu :P

Gak ada waktu!
Buat apa juga nantinya!
Gak ada gunanya!
Eitss celotehan konyol :P

But! Belum lama ada buku yang berhasil menginspirasi.
Menyadarkan betapa pentingnya sebuah tulisan.
Betapa hebatnya tulisan itu di masa mendatang.
Apa pun itu. Yang jelas akan membuat masa lalu seakan terulang kembali.

Novel ‘ibuk,’ karya Iwan Setyawan yang selain memberikan gambaran akan perjuangan seorang ibu tapi juga memberikan gambaran betapa pentingnya sebuah tulisan. Membuat kita tak akan hilang begitu saja dari sejarah. Meski nama kita tak pernah terpampang di sambul buku, setidaknya turunan kita akan melihatnya kelak lewat tulisan tangan yang kian usang dimakan rayap :p #usia yye

Ini aku share kalimat yang berhasil menggugah hati :D

Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku.
Aku menulis untuk membaca kehidupan.
Aku menulis untuk berkaca.
Aku menulis untuk melepaskan air mata.
Aku menulis untuk menjadikanku manusia.
Aku menulis untuk membunuh malam.
Aku menulis untuk memaknai hidup.
Aku menulis untuk bersyukur.
Aku menulis karena menulis menyembuhkan.
Aku menulis untuk merapikan masa lalu.
Aku menulis karna kata kata bisa menguatkan.
Aku menulis untuk menggali hati nurani.


Menulis adalah meditasi.

Aku menulis untuk orang orang yang telah mneyentuh hatiku, kehangatan keluarga yang telah menghangatkan hidupku, serta alam sekitar yang telah menyegarkan perjalanan ini.
Tulisanku mencoba menangkap kenangan agar mereka tidak menguap begitu saja.
Aku menulis sebelum kenangan jatuh dari ingatan.
Aku menulis untuk menangkap kenangan yang mungkin tak akan mampu tersimpan dalam memoriku.
Sebelum diriku usang dan menghilang.

Tulisanku membuatku semakin berani.
Dan bukankah hidup ini terasa bermakna ketika ada keberanian untuk melalui badai kehidupan.
Keberanian untuk memnembus batas ketakutan.
Keberanian untuk melalui malam yang panjang.
Keberanian untuk bertaya, untuk apa kita disni?
Untuk apa?
Lewat tulisan juga, aku ingin kembali berkaca.
Sudah jernihkah cintaku untuk orang orang yang telah menguatkan perjalaan hidup ini?

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Pramoedya Ananta Toer

Semoga menginspirasimu J

By : bye fever :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar