Sabtu, 26 September 2015

Tentang Kita^^


Bukan mereka yang selalu ada buatku
Bukan mereka yang selalu memanggil namaku
Bukan pula yang selalu menemani langkahku
Juga bukan mereka yang tak pernah luput dari pandanganku
Tapi dia yang selalu membuatku tersenyum
Meski raga tak selalu bersama
Tapi hati senantiasa menyatu
Tak hanya menyimpan, tapi mengukir namaku
Meski tak selalu terlintas dalam pandangan
Tapi rindu itu selalu hadir

#thanks my say<3ur :P

Minggu, 20 September 2015

Bingkisan Malam

Hey kamu !
Iya kamu !
Aku titipkan bingkisan malam ini untukmu
Hey Angin. Dimanapun engkau. Bagaimanapun rupamu. Apapun warnamu. Berhembuslah! Bawa bingkisan malam ini untuknya.
Hey Bintang. Berapapun jumlahmu. Terangilah jalannya. Jangan sia-siakan sinar terang yang kau miliki yah..
Hey Bulan. Entah malam ini engkau hadir atau tidak. Tapi kau selalu disana. Jaga dia ya. Hibur hatinya yang kosong. Bukankah kau punya banyak kelinci untuk menghiburnya ? :p

Kamu yang disana.
Entah siapa.
Aku masih enggan mengetahui nama dan rupamu.
Tapi aku merasa rindu^^

Jaga hatimu yah :D

#SelamatMalamKamu :p

Ketika Orang Tua Tak Merestui (Curhatan Sahabat)


Hari Minggu waktu yang tepat untuk melemaskan otot-otot yang selama 2 bulan terakhir ini terkurung. Begitu kaku. Alun-alun kota yang semula sepi kian dipadati pengunjung. Car Free Day. Momen yang tepat pula untuk bertemu kawan lama. Berbagi kisah yang sempat terpendam lama.

Bicara soal restu. Yang terlintas biasanya soal cinta. Cinta tak direstui, begitu kata D’Paspor. Tapi bukan itu yang aku maksud.

Ketika keinginan tidak sesuai harapan. Ketika semua harapan harus terkubur sia-sia. Ketika semua yang telah diimpikan dan dirancang sedemikian cantik harus berakhir tanpa hasil. Ketika apa yang tengah diinginkan harus bertentangan dengan keinginan mereka. Orang yang telah memberikan nafasnya. Orang yang telah memberikan seluruh hidupnya. Tidak ada yang bisa dilakukan. Mau menentang? Jelas anak durhaka akan mengecap pada diri. Mencoba meyakinkan? Percuma saja. Pandangan mereka berbeda.

Bicara soal PENDIDIKAN. Pandangan manusia setiap zaman tentu berbeda. Bagi mereka yang telah dulu hadir dan menjadi khalifah di bumi, lebih memikirkan soal pekerjaan dibanding pendidikan. Setidaknya sebagian besar begitu. Meski tidak semua. Apalagi bagi mereka yang memiliki kondisi keuangan ‘kurang’ biasanya menginginkan anak mereka untuk membantu keuangan keluarga.

Jika sudah seperti itu. Apa masih mungkin keinginan meneruskan pendidikan akan terus berlanjut? Ketika orang tua tidak lagi memberikan restunya. Tidak lagi mengizinkan untuk menempuh pendidikan lebih lanjut. Akankah pintu itu terbuka? Meski berbagai upaya telah dilakukan. Berlatih dan senantiasa berdoa. Tapi jika tak dapat restu dari orang tua. Tentu saja pintu itu akan sulit terbuka.

Dibalik Kata OTW


Siang yang cukup panas untuk menyantap teh anget yang baru aja diseduh. Ambil es dan cemplungin “tung” begitulah kira-kira bunyinya. Jadilah es teh manis. Lebih cocok untuk disantap di bawah terik matahari :D

Kamu pernah mendengar kata otewe? Atau mungkin pernah membacanya? Entah di social media atau pesan yang kau terima dari seseorang. Atau bahkan pernah menulisnya sendiri? Ya pastinya pernah lah. Bagi yang tidak barangkali kamu belum mengikuti trend kata kata gaul masa kini *peace :p
Sebelum berbicara lebih jauh dibalik kata OTW, ada sebuah kisah yang barangkali bisa kamu baca. Gak maksa kok :P

Suatu hari, sebut saja hari Minggu. Marni dan Mirna berniat untuk mengunjungi salah satu tempat bersama, sebut saja Blok S. Entah apa yang akan mereka lakukan, yang pasti telah disepakati jam pertemuan berlangsung pukul 09.00 WIB di Blok M.
Marni yang mengaku jarak rumahnya sedikit lebih jauh memutuskan untuk berangkat 1 menit lebih awal. Ia tak ingin membuat temannya menunggu lama. Namun sesampainya di Blok M, tak ada satu orang pun disana. Sebuah pesan singkat ia kirimkan ke Mirna,

“udah jam 9. Kamu dimana? Aku udah di Blok M sekarang”

Selang 1 menit 49 detik sejak pesan dikirim, sebuah pesan baru nyangkut di hape Marni,

“iya. Aku OTW. Bentar ya J

Marni pun sabar menanti. Hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk Mirna sampai di lokasi. Apalagi ia tau, Mirna gak pernah melaju dengan kecepatan dibawah 60km/jam. Menit pertama, kedua, hingga kelima ia masih santai. Memasuki menit keenam Marni berusaha berfikir positif. ‘Ah mungkin macet. Atau ada tilangan. Atau mungkin kecepatannya sedikit berkurang’, pikir Marni. Tapi hingga 20 menit berlalu, Mirna tak kunjung datang. Marni mulai cemas. “lama banget sih”, gerutunya.

“Kamu dimana?” lagi-lagi Marni terpaksa menggunakan gratisan smsnya untuk menanyakan lokasi Mirna berada.

“mau OTW!”
“Baru selesai mandi,” *nah lo???

Sabtu, 19 September 2015

Bunga itu tak boleh layu


Kemarau tahun ini bisa dibilang cukup lama dibanding tahun sebelumnya. Bunga itu tidak boleh layu. Meski sempat tersiram hujan beberapa hari belakangan, dan cukup membuat aromanya semakin semerbak. Namun kini lagi-lagi hujan enggan datang. Bunga itu mulai merunduk. Jangan! Kau tidak boleh layu. Bunga itu tak boleh layu. Hujan pasti datang kembali. Entah kapan. Kembalilah. Kembalilah seperti semula. Jangan layu. Ada yang akan menjagamu. Dalam diam. Meski jauh. Pasti ada. Ayo bunga! Bangkitlah J


AA190915

Umbar Privasi, Perlukah?


Siang hari memang waktu yang tepat buat bersantai dengan para sahabat. Ditemani sinar matahari yang bisa saja membakar kulit. Sedia sunblock bagi yang biasa memakainya. Tapi buatku, sabun mandi sudah lebih dari cukup. Tak lupa tas rensel yang selalu setia nyender di bahu. Tak butuh waktu lama untuk menunggu jemputan datang. Campus I’am Coming^^

Tidak ada alasan khusus buatku melangkahkan kaki ke gedung yang sudah dibangun sejak beberapa tahun lalu. Mungkin 2009. Tepatnya nanti kutanyakan dulu. Kali ini aku tidak sendiri. Dua kawanku turut berjalan disampingku. Entah mengapa apa yang kita kenakan memiliki warna yang hampir sama. Perpaduan merah, pink, hitam.

Berbagai pendapat muncul. Argumen yang bisa dibilang ‘lagi-lagi’ hampir sama saling melengkapi. Mungkin itu yang bisa menjelaskan kegiatan yang sedang ‘kami’ lakukan. Sedikit canggung menyebut kata kami. Karna sejatinya aku cukup menjadi pendengar. Nemun meski diam yang hadir, sel otakku sedang beradu argumen. Dalam diam.

Wanita tak pernah lepas dari kata ‘gosip’. Seperti kali ini. Meski suaraku tidak terdengar, namun aku ikut andil menjadi penonton pendengar dalam ‘menggosip’ kali ini.

Dalam sebuah hubungan asmara. Sebut saja “pacaran” pasti ada 2 belah pihak yang terlibat. Kedua belah pihak pastinya mempunyai relasi masing-masing. Dan setiap relasi pastilah mempunyai karakter yang berbeda.

Setiap manusia diciptakan dengan beragam sifat yang tidak sama. Bagi sebagian orang ‘privasi’ bisa saja menjadi ‘rahasia publik’. Semua relasinya dipastikan mengetahui. Namun, bagi sebagian orang  ‘privasi’ benar-benar ‘privasi’. Cukup orang yang ada sangkut pautnya saja yang diizinkan tahu.

Ketika Misi Sekedar Wacana


Kamu tau MISI? Itu loh kalau lewat depan orang musti bilang “misi” *Bukan! Bukan itu yang aku maksud! Atau kamu pernah punya misi? Misi rahasia atau Misi 123 terserah deh. Yang penting kamu nyebutnya misi. Misi semacam rencana yang bakal kamu lakuin buat mencapai tujuan yang udah disepakati. Nah tujuan itu sama orang-orang biasa disebut Visi. Bagi yang pernah makan bangku sekolah atau setidaknya lewat depan gerbang mungkin juga sekedar baca brosur yang dibagiin satpam deket komplek pasti pernah donk ngeliat *sukur-sukur baca Visi dan Misi bla bla bla... Tapi sekarang aku gak bakal ngebahas lebih lanjut masalah ini. Biarlah pihak sekolah dan pemerintah yang mengurusnya.

Liburan memang masih dibilang cukup lama sejak sebuah misi kubentuk. Visi awal penginnya sih pasca perkuliahan mulai sedikitnya sudah ada materi yang berhasil nyantol di kepala tanpa bantuan jepitan. Dan salah satu misinya pastilah pinjem buku perpus, dibuka, dibaca, dicelupin deh *BukanIklanOreo. Fakta terakhir harap diganti dengan ditulis di buku dan dipahami.

Detik-detik awal mungkin saja misi ini masih berjalan sesuai rencana. Detik, menit, jam bahkan hari *PERTAMA  masih dibilang berjalan mulus. Semulus kaki kerbau yang sering lewat depan kampus *PerasaanKagakAda. Nah bisa saja di hari pertama, kedua, ketiga bahkan keempat kalo kuat, pasi masih sukses. Meskipun mulai diselingi dengan aktivitas lain sembari menghilangkan suntuk yang tiba-tiba melanda.

Tapi ketika memasuki hari kelima, keenam, bahkan satu minggu kemudian. Kupu-kupu penyebar virus kemalasan mulai menghampiri dan mengajak berdansa. Gak ada alasan buat nolak. Tarikannya terlalu kuat. Semakin hari semakin kuat. Hingga di minggu terakhir sebelum perkuliahan aktif, semua misi yang pernah direncanakan hanya sekedar WACANA belaka.

Yah! Sebanyak apapun misi. Sekuat apapun misi. Sehebat apapun misi itu. Tanpa diimbangi dengan tindakan nyata atau The Real Action hanya akan mengahasilkan wacana. Tapi ketika wacana tersebut kamu coba untuk merangkainya menjadi sebuat tulisan yang sebetulnya sangat tidak berguna seperti yang tengah kau baca saat ini, pasti suatu saat wacana tersebut akan berganti menjadi KENANGAN.

Kopi Hitam Juga Tersenyum :D


Hujan masih enggan untuk hadir setelah beberapa hari lalu membasahi atap gubug kecilku. Kemarau tahun ini cukup panjang. Kulirik jam dinding kamar mungilku. Kedua jarum menunjuk ke angka yang sama, 3. Ah! Aku belum sempat mengganti baterainya sejak setahun lalu :D

Kuluruskan kakiku dengan mata menatap layar netbook. Sesekali kulihat senyum malaikat ajaibku yang tengah mengadu kedua kaki dan tangannya. Tak bisa diam! Heran! Masih tak mengerti mengapa ia masih tetap tersenyum dan begitu halus kepada orang-orang yang tak tau waktu itu. Senyum tulus.

“Gak ada yang tau kapan rezeki itu datang , nak! J Benar!

Lakukan sebaik yang kau mampu. Meski hanya dengan seulas senyuman tipis. Yang penting tulus. Mereka akan menghargaimu. Tak ada yang tahu apa yang direncakanan sang Pengendali dunia untuk makhluknya. Selagi kau masih diberi kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Lakukanlah :D Hidup memang tak manis. Apapun itu sambutlah dengan sedikit senyum manismu. Seperti kopi hitam. Pahit. Jika kau menambahkan sedikit gula akan lebih manis.

Seduh kopi hitam dan secuil biskuit yang akan menemaniku pagi ini.  Kopi hitam pemberi pelajaran :D  Semoga rasa pahitnya tak menghalangimu mengukir cerita hari ini \(^_^)/


By : bye fever :p

Hati yang Merindu^^



Awal yang sederhana. Hal yang awalnya biasa menjadi terbiasa. Terbiasa menjadi kebiasaan. Hingga akhirnya luar biasa. Tak bisa dijelaskan darimana datangnya itu, senyumnya, gayanya, tingkahnya, sikapnya bahkan diamnya,  ah sulit dijelaskan. Tak ada hal lain yang bisa dijelaskan tapi cukup memberikan arti bahwa kamu suka.

Hati bertanya tanya, ketika kabar tak kunjung datang. Keanehan mulai merasukimu. Seakan akan hal yang terjadi belakangan ini telah membuatmu kecanduan. Tentang kau. Tentang dia. Sebut saja tentang kita.

Mencoba tak menaruh harapan lebih. Mencoba menahan bayangan yang semakin dekat. Namun harapan itu terus mengalir seolah tanpa jeda. Padahal kau tau harapan itu hanyalah abu-abu yang mungkin akan segera menjadi putih dan menghilang. Namun semakin mengalir, semakin indah untuk dinikmati. Dan kau mulai mengerti bahwa kau tengah merindu.

Tak ada yang boleh tau akan hal ini. Tak ada yang diizinkan melihat kerinduanmu itu. Temanmu, sahabatmu, kenalanmu, juga orang yang tak kau kenal sama sekali bahkan dirinya. Hanya kau dan Sang Pemberi Rasa yang boleh tau. Bukan tanpa alasan. Hanya saja sebagai antisipasi belaka ketika kekecewaan itu muncul. Bagaimanapun menaruh rindu pada orang yang bukan siapa-siapa bagimu tak lebih menyenangkan dibanding mendapat undian liburan ke Jepang.

Kau merindu dalam diam. Menyimpan rasa dalam senyum. Dan tentu kau sangat menikmati. Terasa lucu dan menggemaskan. Aneh namun membahagiakan. Karna kau tau, kau tengah merindu ^^


By : bye fever :p

Embun Pagi^^


Pagi hari memang waktu yang tepat untuk menikmati segala permulaaan hidup. Burung burung yang mulai beterbangan mencari sesuap makanan. Bunga-bunga yang mulai menyerbakkan aroma wewangian. Tak luput, embun pagi yang membasahi siapapun yang ia temui. Yah! Pagi memang terlalu indah untuk diasingkan.



Embun di pagi hari pula yang mengantarkan segala pemikiran keluar. Mengalir begitu mudah. Dan tak pernah terduga. Sel-sel otak begitu cepat berputar. Meluapkan segala yang ada di dalamya. Semua mengalir bagai air yang tak menemui tumpukan sampah yang akan meghambat sedikit jalannya. Itulah mengapa pagi adalah waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas :D Ditemani secangkir kopi hitam dengan sedikit gula ditambah secuil biskuit. Nikmatnyaaaa J

Namun, disaat sang embun mulai membuka jalan bagi semua pemikiran didalamnya. Sel-sel otot dipaksa untuk bekerja. Memulai rutinitas hariannya. Meninggalkan syaraf otak yang hampir selesai memproses pasport penerbangan. Lagi-lagi harus delay!!!

Dan kau tau? Berapa lama syaraf otak dapat menampung segala pemikirannya? Sebelum sebuah pena menjemput dan mengantarkannya pulang? Begitu cepat!

Sepertinya aku butuh alat perekam memori :/

By : bye fever :p

Semacam Ungkapan “Happy Wedding Mas Bro”



Hari ini tepat tanggal 16 September 2015 (setidaknya tulisan ini dibuat, mungkin sedikit telat dalam melakukan posting) merupakan hari bersejarah bagi sohibku. Ciie yang berhasil move on dan married :D

Kita memang tak pernah tau siapa jodoh yang dipilihkan Sang Penguasa alam. Seberapa besar perasaan yang kita berikan kepada ‘someone’ tapi kalo memang namanya tidak tertulis di Lauhul Mahfuz hanya akan menambah deretan mantan saja :D Walaupun dua sejoli sama-sama mempunyai perasaan yang sama, bertekad menyatukan komitmen namun jika pelabuhan terakhir cintanya berbeda tentu saja tak bisa menepi pada satu pelabuhan yang sama.

Sebaliknya, meskipun awalnya kita sama sekali tidak menyukainya, tidak menaruh perasaan lebih padanya, jika memang Tuhan telah menulis namanya untuk kita pasti ada saja yang membuat kita bersatu. Tak peduli berapa jarak yang ditempuh, seberapa lautan yang kau seberangi dan seberapa gunung yang kau daki. Yah! Tulang rusuk dan pemiliknya memang tak bisa tertukar :D

Pelajaran Berharga dari Perempuan Paruh Baya^^




Panas masih menyerang bumi ketika aku memutuskan untuk mengayuh sepedaku menuju kampus. Meskipun ini masih hari libur, namun ada beberapa alasan aku mengunjungi tempat itu. Rumah yang tak dihuni beberapa lama akan menjadi asing nantinya jika tidak segera dibiasakan.
Jalan yang kulalui masih sama. Toko-toko kecil masih berjejer rapi di tempatnya.  Yah! Mereka mengingatkanku akan suatu masa disaat hari libur begini.

Salah satu toko itu pernah membuka lebar pintunya untukku. Bukan menyambutku. Lebih kepada menyuruhku untuk membersihkan seluruh ruangan disana. Menyapa pelanggan dan merapikannya kembali. Sungguh manis jika menengoknya kembali. Menunggu pelanggan yang tak kunjung datang hingga rasa kantuk menyerang. Berbagi kisah dengan mereka yang senasib denganku sembari menunggu jam kerjaku usai dan kembali ke rumah. 

Namun kenangan manis itu sedikit terasa pahit ketika perempuan paruh baya mencoba mengusik ketenanganku. Gaya bicaranya yang memang ‘keras’ sedikit membebani. Sebelum akhirnya aku sadar perempuan itu memang pantas melakukannya. Seorang bos.

Menulis Untuk Keabadian


Bagaimana harimu? Share with me! 



Dulu menulis adalah bagian dari hidupku. Tidak ada waktu luang. Tak ada waktu terbuang sia-sia. Read and write! Membaca apa yang kulihat. Menulis apa yang kurasa. Haha itu dulu :D
Sebelum waktuku habis dilahap PR. Musnah digulung tugas. Dan lenyap ditelan waktu.
Sebelum kegiatan demi kegiatan berhamburan memenuhi sela-sela hariku.
Sebelum tanggung jawab semakin besar.
Yyayaya sebelum sebelum dan sebelum :p

Ketika semua waktu, tepatnya hampir semua :D dihabiskan diluar rumah. Dan sekolah menjadi rumah kedua bagiku. Pergi pagi pulang pagi #et dahh :D Tak ada waktu untuk menorehkan gerutuan dan unek_unek yang kian lama kian menggebu-gebu :P

Gak ada waktu!
Buat apa juga nantinya!
Gak ada gunanya!
Eitss celotehan konyol :P

But! Belum lama ada buku yang berhasil menginspirasi.
Menyadarkan betapa pentingnya sebuah tulisan.
Betapa hebatnya tulisan itu di masa mendatang.
Apa pun itu. Yang jelas akan membuat masa lalu seakan terulang kembali.

Novel ‘ibuk,’ karya Iwan Setyawan yang selain memberikan gambaran akan perjuangan seorang ibu tapi juga memberikan gambaran betapa pentingnya sebuah tulisan. Membuat kita tak akan hilang begitu saja dari sejarah. Meski nama kita tak pernah terpampang di sambul buku, setidaknya turunan kita akan melihatnya kelak lewat tulisan tangan yang kian usang dimakan rayap :p #usia yye

Ini aku share kalimat yang berhasil menggugah hati :D

Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku.
Aku menulis untuk membaca kehidupan.
Aku menulis untuk berkaca.
Aku menulis untuk melepaskan air mata.
Aku menulis untuk menjadikanku manusia.
Aku menulis untuk membunuh malam.
Aku menulis untuk memaknai hidup.
Aku menulis untuk bersyukur.
Aku menulis karena menulis menyembuhkan.
Aku menulis untuk merapikan masa lalu.
Aku menulis karna kata kata bisa menguatkan.
Aku menulis untuk menggali hati nurani.

Book Review “Ibuk” by Iwan Setyawan


“Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat.”
-ibuk-

Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di Pasar batu telah mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar, yang berambut klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan mata. Keduanya menikah, merekapun menjadi ibuk dan Bapak.

            Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Hidup yang semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak, rumah mungil yang bocor dikala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar, dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi ibuk dengan tabah. Air matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.

            Ibuk, novel karya penulis national best seller Iwan Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau seperti pepohonan yang menutupi kegersangan dan memberi napas bagi kehidupan.

***

Book Review >> Long Lost ‘Yang Lama Hilang’ by Harlan Coben


 “Mungkinkah teknologi menghidupkan kembali seorang anak yang telah lama mati dan menjadikannya pribadi yang sama sekali berbeda?!”

            Myron Bolitar adalah seorang agen yang memanajeri para atlet dan selebriti. Profesinya tersebut menyeret Myron dalam berbagai petualangan menegangkan dan penuh teka teki. Kini, Myron mencoba menolong Terese Collins, seorang wanita yang pernah mengisi hatinya sepuluh tahun lalu. Terese tengah kehilangan semangat hidup setelah putrinya meninggal. Celakanya, Terese malahan dihadapkan pada peristiwa yang lebih sulit. Ia dituduh membunuh mantan suaminya. Dalam penyelidikan, Myron dihadapkan pada sebuah fakta yang tak masuk akal. Mungkinkah putri Terese yang mati hidup kembali?! Satu teka-teki mengantar pada teka-teki lain yang lebih besar dan melibatkan satu kelompokteroris jaringan Internasional. Myron dan Terese pun dipaksa untuk terus berlari dari ancaman maut.




Judul                   : Long Lost ‘Yang Lama Hilang’
Penulis                : Harlan Coben
Jumlah Hal          : 398 halaman
ISBN                    : 30.889.000.30
Penerbit              : Erlangga
Penerjemah        : Afrin Aulia
Editor                  : Johanes Trihartanto
Cover                  : Sony Sonatha

Rabu, 02 September 2015

Apa Tujuan Kuliah?


#sekedar cincang cincong belaka :D

Biasanya menjelang ujian sekolah tingkat akhir (baca sma) berakhir, kita mulai disibukkan dengan perasaan masing-masing. Pilihan antara meneruskan pendidikan di bangku kuliah atau bekerja terus beradu memenuhi hati dan pikiran. Entah mana yang dipilih yang pasti harapan untuk menjadi lebih baik menjadi kunci utamanya.

Selasa, 01 September 2015

PEMIMPI

Aku bukanlah seorang penyair
Bukan pula seorang pemimpin
Aku hanyalah seorang pemimpi

Apa yang kuucap
Apa yang kutulis
Itulah yang kuingin
Semua hanya ada dalam khayalanku